Global Auction Persembahkan 125 Karya dalam Lelang “Southeast Asian, Chinese, Modern & Contemporary Art” November 2024

Global Auction dengan bangga mempersembahkan lelang online bertajuk “Southeast Asian, Chinese, Modern & Contemporary Art,” yang akan ditutup dengan lelang langsung pada tanggal 28 November 2024. Koleksi ini mencakup 125 karya seni yang dikurasi dengan cermat dari seniman ternama Indonesia dan mancanegara, termasuk karya para maestro. Setiap karya menawarkan pengalaman visual yang memukau, kaya akan kedalaman makna, dan menampilkan berbagai teknik, medium, serta gaya artistik.

Highlight Lelang: Karya-Karya Pilihan dari Para Maestro

Berikut adalah beberapa karya unggulan dalam lelang ini. Koleksi special kali ini mencakup lukisan-lukisan dari seniman besar seperti Hendra Gunawan, Affandi, Harijadi Sumadidjaja, Sudjana Kerton, S. Sudjojono, Widayat, dan seniman berbakat lainnya.

Hendra Gunawan

Hendra Gunawan adalah seorang seniman kelahiran Bandung yang memulai karier melukisnya sekitar tahun 1930-an. Dalam karyanya, ia kerap memadukan tema tradisional Indonesia dengan pendekatan seni modern. Karya-karyanya sangat diminati oleh para kolektor dan terus ditampilkan dalam berbagai ajang seni hingga kini, termasuk di Venice Biennale 2024.

Lukisan Hendra Mencari Kutu” menangkap momen sehari-hari yang akrab dalam kehidupan masyarakat Jawa, di mana tiga perempuan saling mencari kutu. Mereka tampak berada di sebuah bukit, dengan latar belakang pemandangan laut dan gunung yang terlihat dari kejauhan. Lukisan ini dipenuhi warna-warna cerah, seperti biru turquoise pada latar belakang yang menciptakan suasana damai, serta merah dan kuning hangat di bagian depan yang menambahkan kesan hangat dan penuh energi.

Salah satu perempuan yang duduk di bagian depan memangku bayi sambil menyusuinya. Ketiganya mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya dan kain bermotif batik. Melalui karya ini, Hendra berhasil mengangkat aktivitas sederhana menjadi sesuatu yang menarik dan modern, sekaligus memancarkan kehangatan dan keakraban.

Affandi

Affandi adalah salah satu maestro seni Indonesia. Ia merupakan seniman Indonesia pertama yang berpartisipasi di São Paulo Biennale (1952) dan Venice Biennale (2024). Bersama Presiden Soekarno, Affandi membawa seni Indonesia ke panggung internasional melalui potret tokoh dunia dan bangsawan.

Dalam lelang ini, terdapat beberapa karya Affandi, termasuk Earl of Glynn (1959) dan Penari (1965). Pada lukisan Earl of Glynn (1959), Affandi menggambarkan seorang bangsawan Inggris dengan gaya spontan khasnya. Bangsawan tersebut dilukiskan duduk santai namun tetap memancarkan wibawa, mengenakan pakaian bergaris hijau, merah, dan hitam.

Sementara itu, pada Penari (1965), figur utamanya adalah seorang penari yang memancarkan keanggunan. Ia mengenakan pakaian tari tradisional berwarna hijau cerah dengan kain batik merah-pink khas Bali. Satu tangan bertumpu di pinggul, sementara tangan lainnya membuat gerakan lembut yang mencerminkan keluwesan tari. Ekspresi wajahnya yang tenang namun penuh wibawa, dihiasi mahkota bunga, mengundang penonton untuk merasakan ritme dan semangat pertunjukan. Latar belakangnya dipenuhi sapuan kuas dinamis dengan warna hijau, kuning, coklat, dan hitam, menciptakan suasana yang hidup dan memikat.

Harijadi Sumadidjaja

Harijadi Sumadidjaja adalah pelukis otodidak dan tokoh penting dalam organisasi Seniman Indonesia Muda (SIM). Sebagai seniman realis, ia berperan besar dalam Revolusi Indonesia dengan menciptakan karya-karya yang menonjolkan perjuangan rakyat.

Lukisannya yang berjudul “Mr. Yip Tung Fun” menggambarkan suasana di sebuah lokasi konstruksi. Di latar depan, terlihat seorang pengusaha atau pengawas proyek, sementara di sekitarnya para pekerja sibuk menjalankan tugas mereka.

Palet warna dalam lukisan ini didominasi oleh nuansa hijau tua, cokelat, dan abu-abu, yang mempertegas kesan realistis dari adegan tersebut. Sentuhan biru cerah pada langit dan putih yang lembut menambahkan kontras sekaligus keseimbangan pada komposisi keseluruhan.

Sudjana Kerton

Sudjana Kerton adalah seorang pelukis Indonesia yang lahir di Bandung pada masa transisi dari penjajahan Belanda menuju kemerdekaan. Pada awal 1950-an, ia mendalami seni rupa di Eropa, termasuk di Belanda dan Prancis. Ia juga mengeksplorasi peran seniman dalam Revolusi Meksiko saat berkunjung ke negara tersebut, dan kemudian melanjutkan studinya di Art Students League of New York.

Lukisan berjudul “Fallen Matador” bergaya kubisme ini menggambarkan ketegangan dramatis dalam sebuah pertarungan banteng. Lukisan tersebut menampilkan seorang matador yang tergeletak dalam kekalahan, mengenakan pakaian hijau dan kuning yang mewah, kontras dengan posenya yang tampak lemah dan tak berdaya. Di atasnya, seekor banteng yang gagah berdiri dengan sikap penuh kekuatan.

Latar belakang lukisan dipenuhi warna merah, oranye, dan kuning yang mencolok, menciptakan suasana intens yang mencerminkan bahaya dan ketegangan arena. Bentuk-bentuk bergaya kubisme dan sapuan kuas yang tegas menghadirkan gerakan dan energi yang begitu nyata, seolah membawa penonton langsung ke dalam momen tersebut. Karya ini menunjukkan keahlian Sudjana Kerton dalam memadukan akar budaya Indonesia dengan pengaruh modernisme dari pengalamannya belajar di luar negeri.

S.Sudjojono

Sindudarsono Sudjojono, yang juga dikenal sebagai S. Sudjojono, adalah seniman dan kritikus yang dianggap sebagai bapak seni modern Indonesia. Ia memainkan peran penting dalam membentuk gerakan seni di Indonesia dengan mendirikan kelompok-kelompok berpengaruh seperti PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) dan Seniman Indonesia Muda.

Lukisan “Orchid” karya S. Sudjojono dengan indah menangkap kelembutan dan keindahan bunga anggrek yang sedang mekar. Komposisinya berpusat pada sekumpulan anggrek dengan kelopak bunga berwarna putih lembut, kuning, dan merah muda yang halus. Warna-warna tersebut terlihat menonjol di tengah nuansa gelap alami dari dedaunan dan tanah di sekitarnya, menciptakan kontras visual yang mempertegas keanggunan dan pesona bunga anggrek.

Widayat

Sebagai pelopor seni modern Indonesia, Widayat merupakan salah satu angkatan pertama dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta dan lahir pada tahun 1923. Setelah lulus pada tahun 1954, ia mendedikasikan hidupnya untuk mengajar di akademi tersebut, membentuk generasi seniman masa depan. Karya-karyanya, yang dikenal karena perpaduan unik antara tradisi Indonesia dan estetika kontemporer, sering memancarkan pesona magis.

Lukisan berjudul “Flamboyan di Kaki Bukit” menggambarkan pohon flamboyan yang berdiri kokoh di kaki bukit. Dedaunan merah cerah dari pohon tersebut tampak mencolok dengan indah di tengah latar belakang pemandangan biru dan hijau yang menenangkan. Batangnya yang berliku dan cabang-cabangnya yang menjalar mendominasi bagian depan lukisan, memberikan kesan kuat dan penuh karakter.

Di latar belakang, terlihat sapi-sapi putih yang sedang merumput di lereng bukit, ditemani para petani. Kehadiran mereka menambah kedalaman narasi tentang kehidupan pedesaan dan memperkuat gambaran hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Selain lukisan-lukisan tersebut, lelang ini juga menampilkan karya kontemporer dari seniman modern serta berbagai pilihan patung yang telah dikurasi dengan baik.

Para kolektor dan pecinta seni dapat melihat langsung karya-karya ini di galeri Global Auction yang berlokasi di Jl. Tanah Abang IV No. 23-35, Jakarta Pusat, selama periode 12-28 November 2024. Galeri kami buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 17.00. Lelang online akan dimulai pada Kamis, 28 November 2024, pukul 19.00 WIB.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *